Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Humor

Anekdotnya Gusdur Jilid Satu

Untuk sekedar mengenang joke-joke dari Bapak Abdurachman Wahid (Alm) atau yang lebih dikenal dengan nama Gusdur, tidak salahnya mencerahkan kembali kesegaran humor-humornya, yang mungkin diantaranya belum tahu hanya untuk sekedar refleksi bahwa anekdot atau humor telah memberikan suasana lebih bersahabat dan bersahaja... Sate Babi  Suatu ketika Gus Dur dan ajudannya terlibat percakapan serius. Ajudan: Gus, menurut Anda makanan apa yang haram? Gus Dur: Babi Ajudan: Yang lebih haram lagi Gus Dur: Mmmm ... babi mengandung babi! Ajudan: Yang paling haram? Gus Dur: Mmmm ... nggg ... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi! (//mbs)   Sumber : Okezone.com   Kaum Almarhum   Mungkinkah Gus Dur benar-benar percaya pada isyarat dari makam-makam leluhur? Kelihatannya dia memang percaya, sebab Gus Dur selalu siap dengan gigih dan sungguh-sungguh membela "ideologi"nya itu. Padahal hal tersebut sering membuat repot para koleganya. Tapi, ini mungk...

Guyonan

Si Buta dan Si Pincang Diceritakan ada satu sahabat dari kecil tidak pernah pisah, yang satu buta dan yang satunya lagi pincang, kalau berangkat kemana-mana pasti berdua terus, karena yang buta bagian menggendong dan yang pincang bagian penunjuk jalan. Suatu hari saat melewati jembatan di dekat kali, keduanya saling timpal : “Suara apa yang kayang ada yang mandi?” kata si buta. “Iya, coba saya tanya itu yang mandi perempuan atau lelaki,” kata si pincang. “Ya pasti peremuanlah!” jawab si buta. “Ah dasar, buta-buta juga tahu aja kalau yang mandi itu perempuan. Kok kamu bisa tahu kalau itu peremuan, mang tandanya apa? Si pincang nanya keheranan. “Ah dasar bego! Bin tolol!, kan itu tandanya dari punyamu mengganjal di punggungku. “Heheeh..tahu aja kalau saya ngga bisa nahan lihat begitu,” ujar si pincang garuk-garuk kepala. Rumah Sakit "Ma, waktu Abel lahir, mama ada dimana?" "Ya di rumah sakit bersalin." "Kalau Papa?" "Di rumah sakit juga menjaga mama....

Ketahuan

Ilustrasi aja, maaf y nak Seorang anak yang mencuri mangga kepergok si empunya pohon. “He, sedang apa di atas situ?” “Anu pak. Cari layang-layang.” “Buat apa?” Sedikit gugup,”Eh, buat bikin rujak, pak!” M eninggal Sebagai sahabat yang baik, Bu Desi berusaha menghibur Bu Mini yang masih sedih karena suaminya meninggal dunia. “Sudahlah jangan menangis terus. Tabahkan hatimu.” “Gimana ngga sedih? Dia meninggal ketika saya sudah tua dan keriput coba, siapa yang mau sama saya?” P adang Pasir “Mon, kalau kamu pergi ke padang pasir, apa yang harus kau bawa?” “Air yang banyak, dong” “Kalau aku sih, pilih bawa pintu.” “Lho,kok pintu?” “Kalau nanti kamu kepanasan, tinggal buka saja pintunya supaya angin masuk dan terasa sejuk”. M enanam Pisang Dengan iseng Odang ngasih terbakan. “Nu, orang menanam pisang kelihatan apanya?” “Ya, kelihatan orangnya,dong.” “Salah. Yang betul, kelihatan bodohnya. Mana bisa pisang ditanam, yang ditanam kan pohonnya.”

Mengintip

Ini percakapan di pasar tradisional di daerah Sumatera. “Berapa jengkolnya, Inang?” “Sepuluh, dua ratus rupiah” “Maaf, Inang kok terbuka?” “Biar orang tahu, bahwa barangnya bagus, dan tidak berulat.” “Kok merah, hitam lagi?” “Itu tandanya sudah tua.” “Maaf Inang, maksud saya, kain Inang tersingkap!” “Bah, yang mengintipnya kau!” B elok Ibu guru sedang memperhatikan muridnya yang sedang menggambar.  “Dang, coba ibu lihat gambarmu. Lho, apa ini?” “Kuda. Bu.” “Kok Cuma ekornya yang kau buat?” “Badannya sudah belok, bu.” M emelas Seorang anak berlari menemui ibunya di dapur.  “Bu minta duit.” “Buat apa?” “Itu, di depan rumah ada orang berteriak memelas.” “Apa teriaknya?” “Bakso, baksoooo,”

Kegedean

Seorang pemancing ditegur istrinya karena ikan yang dibawan pulang kecil-kecil. “Buat apa ikan kecil-kecil kayak begini kamu bawa pulang?” “Begini, bu. Tadi sebenarnya aku dapat ikan besar sekali. Tapi aku ingat, tempat penggorengan mu kan kecil. Pasti tak muat. Ya, sudah ikannya aku lepas lagi.” S etali Tiga Uang Ditengah malam, tampak seorang pemulung sedang mencari makan. Ia mengorek-ngorek sampah di pojok belakang gudang , lalu ia melihat sebuah tong besar yang sudah penuh sekali isinya. Ia korek dan keluarkan isinya satu persatu, sampai ke dasar tong, di dasar tong ada potongan cermin. Ketika pemulung itu melihat ke dasar tong. Ia kaget. “Tolong!tolong! teriak pemulung itu. Ia temui seorang polisi dan berkata., “Pak, gawat! Saya melihat kepala di dalam tong sampah!” Pemulung bersama polisi itu berlari menuju tong sampah tersebut, pelan-pelan polisi melihat ke dalam tong, kemudian dengan nada lirih polisi itu berkata, “Ya, ampuuuun, kayaknya itu kepala teman saya?!” P ingsan Seor...

Latah Indian

 “Pa, orang Indian biasa memberi nama anaknya dengan kejadian istimewa yang terjadi saat anak itu lahir. Bagaimana kalau kita menggunakan cara itu?” ujar seorang istri yang baru melahirkan. “Sudahlah, buat apa ikut-ikutan orang Indian,” sahut sang suama. “Ngga lucu kan, kalau anak kita dikasih nama Dirobek Dokter.” malu dong ama umur...(gmbr nyomot) D o’a Pengantin Baru Pak Doyong yang sudah berumur enam puluh tahun, menikah lagi dengan gadis berumur tujuh belas tahun. Di malam pertama, ia berbicara pada istrinya, “Semoga perkawinan kita diberi kekuatan dan bimbingan...” Istrinya yang masih muda  itu memotong “Mas peliharalah kekuatanmu saja...aku yang akan ‘membimbingmu’.” M ahal “Aku lebih bergairah sama wanita penghibur daripada dengan istriku.” “Kenapa begitu?” “Karena biaya untuk mengurus istriku lebih mahal.”

Pelupa

Seorang ibu nanya kepada anaknya, heran karena baju yang baru dibelinya hilang. “Lho baju yang baru ibu beli kemana?” “Mungkin ibu lupa nyimpan?” “Nggak lah, warnanya merah koq” “Lah itu baju merah lagi dipakai,” “Ya, ampun. Lupa copot kacamata hitam yang baru ibu beli juga, warnanya jadi berubah.” L ima Ratus Ribu Rupiah Seorang pemuda tiba-tiba di serang oleh beberapa orang yang ingin merampoknya. Si pemuda melawan dengan mati-matian, karena lawannya lebih dari satu orang akhirnya ia menyerah. Dia diam saja ketika perampok menjarah kantongnya. Yang ditemukan perampok itu hanya selembar uang seribu rupiah. “Hei?Kenapa kau pertahankan dengan mati-matian hanya uang seribu rupiah?!” Tanya salah seorang perampok dengan wajah heran. “Saya kira kalian mau mengambil uang saya yang lima ratus ribu rupiah.”Dimana uangnya kau simpan?” Tanya salah seorng perampok. “Nih saya simpan di kaos kaki saya!” Jawab si pemuda. M au Ditampar Seorang Koboi masuk ke sebuah saloon. Ia berhenti di depan bar....